Rabu, 31 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULONEFRITIS KRONIS


ASUHAN KEPERAWATAN
GLOMERULONEFRITIS KRONIS

1.      Definisi
Glomerulonefritis  kronis ialah diagnosis klinis berdasarkan ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap. ( Arief mansjoer, dkk. 2000 )

Glomerolusnefritis Kronis adalah suatu kondisi peradangan yg lam dari sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut yg tidak membaik atau timbul secara spontan. (Arif muttaqin & kumala Sari, 2011)

2.      Etiologi
Penyebab dari Glomerulo nefritis Kronis yaitu :
1.      Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group A).
2.      Keracunan.
3.      Diabetes Melitus
4.      Trombosis vena renalis.
5.      Hipertensi Kronis
6.      Penyakit kolagen
7.      Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemukan pada stadium lanjut.

3.      Manifestasi Klinis
Dapat tanpa keluhan sampai terjadi gagal ginjal. Anaka lemah, lesu, nyeri kepala, gelisah, mual, koma, dan kejang pada stadium akhir. Edema seddikit, suhu subfebril. Bila pasien memasukin fase nefrotik dari glomerulonefritis kronis, maka edema bertambah jelas, perbandingan albumin-globulin terbalik, kolestrol darah meninggi. Fungsi ginjal menurun, ureum dan kreatinin meningkat, dan anemia bertambah berat, diikuti tekanan darah yang mendadak meningi. Kadang-kadang terjadi ensefalopati hipertensif dan gagal jantung yang berakhir dengan kematian.

4.      Patofisiologi
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis. Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya.

5.      Komplikasi
Komplikasi dari Glomerulonefritis adalah :
1.      Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
2.      Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3.      Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4.      Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
5.      Gagal Ginjal Akut (GGA)

6.      Penatalaksanaan
Atasi gejala klinis dengan gangguan elektrolit. Anak boleh melakukan kehidupan sehari-hari sebagaimana biasa dalam batas kemampuannya. Lakukan pengawasan hipertensi dengan obat hipertensi, koreksi anemia, obati infeksi dengan antibiotik. Dialisis berulang merupakan cara efektif untuk memperpanjang umur.

7.      Pemeriksaan Penunjang
Pada urin ditemukan albumin (+), silinder, eritrosit, leukosit hilang timbul, berat jenis urin menetap pada 1008-1012. Pada darah ditemukan LED, ureum, kreatinin dan fosfor serum yang meninggi serta kalsium serum yang menurun, sedangkan kalium meningkat. Anemia tetap ada. Uji fungsi ginjal menunjukkan fungsi ginjal menurun.

8.      Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1.      Keadaan umum  
2.      Riwayat :
a.       Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
b.      Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini ?
c.      Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
d.      Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.
3.      Riwayat penyakit saat ini:
a.       Keluhan utama
b.      Alasan masuk rumah sakit
c.       Faktor pencetus
d.      Lamanya sakit
4.      Pengkajian sistem
a.       Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (adanya edema ).
b.      Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
c.       Sistem pernafasan :  kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada, cuping hidung.
d.      Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
e.       Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
f.        Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
5.      Pengkajian keluarga
a.       Anggota keluarga
b.      Pola komunikasi
c.       Pola interaksi
d.      Pendidikan dan pekerjaan
e.       Kebudayaan dan keyakinan
f.       Fungsi keluarga dan hubungan
B. Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan perfusi jaringan b/d retensi air dan hipernatremia
  2. Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium
  3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anorexia
  4. Gangguan istirahat/tidur b/d edema





C. Intervensi
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan retensi air dan hipernatremia
Kriteria / Evaluasi:  Klien akan menunjukkan perfusi jaringan serebral normal ditandai dengan tekanan darah dalam batas normal, penurunan retensi air, tidak ada tanda-tanda hipernatremia.
Intervensi :
a.       Monitor dan catat Tekanan Darah setiap 1 – 2 jam perhari selama fase akut.
Rasional: untuk mendeteksi gejala dini perubahan Tekanan Darah dan menentukan intervensi selanjutnya.
b.      Jaga kebersihan jalan nafas, siapkan suction.
Rasional: serangan dapat terjadi karena kurangnya perfusi oksigen ke otak
c.       Atur pemberian anti Hipertensi, monitor reaksi klien.
Rasional: Anti Hipertensi dapat diberikan karena tidak terkontrolnya Hipertensi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
d.      Monitor status volume cairan setiap 1 – 2 jam, monitor urine output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam).
Rasional: Monitor sangat perlu karena perluasan volume cairan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
e.       Kaji status neurologis (tingkat kesadaran, refleks, respon pupil) setiap 8 jam.
Rasional: Untuk mendeteksi secara dini perubahan yang terjadi pada status neurologis, memudahkan intervensi selanjutnya.
f.       Atur pemberian diuretic : Esidriks, lasix sesuai order.
Rasional: Diuretic dapat meningkatkan eksresi cairan.
2.      Resiko kelebihan volume cairan b/d penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium
Kriteria Evaluasi: Klien dapat mempertahankan volume cairan dalam batas normal ditandai dengan urine output 1 - 2 ml/kg BB/jam.
Intervensi:
a.         Timbang BB tiap hari, monitor output urine tiap 4 jam.
Rasional: Peningkatan BB merupakan indikasi adanya retensi cairan, penurunan output urine merupakan indikasi munculnya gagal ginjal.
b.        Kaji adanya edema, ukur lingkar perut setiap 8 jam, dan untuk anak laki-laki cek adanya pembengkakan pada skrotum
Rasional: Peningkatan lingkar perut dan Pembengkakan pada skrotum merupakan indikasi adanya ascites.
c.       Monitor reaksi klien terhadap terapi diuretic, terutama bila menggunakan tiazid/furosemide.
Rasional: Diuretik dapat menyebabkan hipokalemia, yang membutuhkan penanganan pemberia potassium.
d.      Monitor dan catat intake cairan.
Rasional: Klien mungkin membutuhkan pembatasan pemasukan cairan dan penurunan laju filtrasi glomerulus, dan juga membutuhkan pembatasan intake sodium.
e.       Kaji warna warna, konsentrasi dan berat jenis urine.
Rasional: Urine yang keruh merupakan indikasi adanya peningkatan protein sebagai indikasi adanya penurunan perfusi ginjal.
f.       Monitor hasil tes laboratorium
Rasional: Peningkatan nitrogen, ureum dalam darah dan kadar kreatinin indikasi adanya gangguan fungsi ginjal.
3.      Perubahan status nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan anorexia.
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan peningkatan intake ditandai dengan porsi akan dihabiskan minimal 80%.
Intervensi  :
a.       Sediakan makan dan karbohidrat yang tinggi.
Rasional: Diet tinggi karbohodrat biasanya lebih cocok dan menyediakan kalori essensial.
b.      Sajikan makan sedikit-sedikit tapi sering, termasuk makanan kesukaan klien.
Rasional: Menyajikan makan sedikit-sedikt tapi sering, memberikan kesempatan bagi klien untuk menikmati makanannya, dengan menyajikan makanan kesukaannya dapat menigkatkan nafsu makan.
c.       Batasi masukan sodium dan protein sesuai order.
Rasional: Sodium dapat menyebabkan retensi cairan, pada beberapa kasus ginjal tidak dapat memetabolisme protein, sehingga perlu untuk membatasi pemasukan cairan
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue.
Kriteria / Evaluasi: Klien akan menunjukan adanya peningkatan aktivitas ditandai dengan adanya kemampuan untuk aktivitas atau meningkatnya waktu beraktivitas.
Intervensi  :
a.       Buat jadwal/periode istirahat setelah aktivitas.
Rasional: Dengan periode istirahat yang terjadual menyediakan energi untuk menurunkan produksi dari sisa metabolisme yang dapat meningkatkan stress pada ginjal.
b.      Sediakan / ciptakan lingkungan yang tenang, aktivitas yang menantang sesuai dengan perkembangan klien.
Rasional: Jenis aktivitas tersebut akan menghemat penggunaan energi dan mencegah kebosanan.
c.       Buat rencana / tingkatan dalam keperawatan klien agar tidak dilakukan pada saat klien sementara dalam keadaan istirahat pada malam hari.
Rasional: Tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan tidurnya.
5.      Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan immobilisasi dan edema.
Kriteria / Evaluasi: Klien dapat mempertahankan integritas kulit ditandai dengan kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan pada kulit/bersisik.
Intervensi:
a.       Sediakan kasur busa pada tempat tidur klien
Rasional: Menurunkan resiko terjadinya kerusakan kulit.
b.      Bantu merubah posisi tiap 2 jam.
Rasional: Dapat mengurangi tekanan dan memperbaiki sirkulasi, penurunan resiko terjadi kerusakan kulit.
c.       Mandikan klien tiap hari dengan sabun yang mengandung pelembab.
Rasional: Deodoran / sabun berparfum dapat menyebabkan kulit kering, menyebabkan kerusakan kulit.
d.      Dukung / beri sokongan dan elevasikan ekstremitas yang mengalami dema.
e.       Rasional: Meningkatkan sirkulasi balik dari pembuluh darah vena untuk mengurangi pembengkakan.










                                                            









DAFTAR PUSTAKA

1.       A. Price, Sylvia. Wilson, Lorraine. 2005. PATOFISIOLOGI: KONSEP KLINIS PROSES PENYAKIT  EDISI 6. Jakarta: EGC.
2.       Dongoes, E. Marlyn, dkk.1999. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN EDISI 3.  Jakarta: EGC.
3.       Mansjoer, arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius.
4.       Muttaqin, Arif. Sari, kumala.2011. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN. Jakarta: Salemba Medika.
5.       Anonym. 2011. GLOMERULONEFRITIS KRONIS. http://dinkes.banyuasinkab.go.id/index.php/artikel-kesehatan/124-glomerulonefritis-kronis-nefrologi-anak-.html. Diakses pada tanggal 15 April 2012.

3 komentar:

  1. mantap brooo,,,, semoga postingnya bermanfaat buat teman sejawat...

    BalasHapus
  2. mantapppp... brayyyy... wkwkkwkwk

    BalasHapus
  3. Situs Judi Slot Online Joker123 Terpercaya 2021 - JT Hub
    Provider Slot 속초 출장안마 Online 목포 출장마사지 Joker123, Pragmatic Play, Joker123, 구미 출장샵 PGSoft, 제천 출장마사지 Habanero, Bermain dan Slot Online yang 김천 출장안마 Menang!

    BalasHapus